Cerita Ngentot, Hasrat Sang Pemandu
Hari ini adalah malam minggu terakhir aku di Jakarta. Jam dinding sudah menunjukkan 21.20. Dengan tidak sabaran aku berjalan mondar-mandir di ruang tamu kost. Aku sudah janjian dengan ketujuh temanku untuk pergi ke karaoke malam sebagai acara pesta sex bujang. Dengan kaos ketat Billabong warna hitam dan jeans biru aku terlihat sangat rapi dan menarik, apalagi bau parfum aku begitu semerbak.
“biiimm… biiimmmmm…” terdengar klakson mobil dan disusul teriakan,
“Gussss… Ayo…” Dari suaranya aku tahu itu adalah Utay, Yang masih Perjaka.
Cerita Hot, Dengan buru-buru aku berlari ke kamar untuk mengambil HP dan kunci kamar aku. Sesudah itu aku mengunci pintu kamar dan bergegas keluar. Di halaman kost aku melihat dua mobil, satu Toyota Corola warna putih yang merupakan milik si Angga dan satu Suzuki Esteem milik si Pusink. Aku melihat si mobilnya si Pusink sudah berisi empat orang, jadi aku menuju mobilnya si Angga.
“Wow… cakep nih…. kayaknya ini malam yang tidak terlupakan…” komentar si Okky yang duduk di samping Angga yang mengemudikan mobil ketika aku masuk. Perkataan tanpa ia sadari akan menjadi kenyataan.
Cerita Dewasa, Kemudian meluncurlah kedua mobil tersebut ke daerah Mangga Besar. Berdasarkan petunjuk Angga dan ramalan aku (hihi…) kami sepakat untuk pergi ke karaoke di hotel transit Mangga Besar (aku lupa Mangga Besar berapa, tetapi kalau dari Mangga Besar mengarah ke Gunung Sahari, belok ke sebelah kanan sekitar 50 meter). Dalam perjalanan kami bercanda apa saja, dari pacar baru Utay yang sangat montok, petualangan baru si Okky, sampai ke tamu Jepangnya si Angga yang bernafsu dengan wanita Indonesia.
Cerita Ngentot, Tanpa terasa sampailah kami di depan hotel tersebut. Terlihat keempat teman aku yang lainnya sudah menunggu. Setelah memarkir mobil, Angga memimpin kami ke dalam karena memang dia yang lebih sering ke sini. kami berjalan melewati lobby hotel, terlihat beberapa cewek cantik yang berpakaian sangat sexy.
“Wah… dedek gua udah berontak nih…” kataku yang dilanjuti dengan tertawa teman-teman yang lain. Memang aku terkenal dengan nafsu aku yang besar, prinsip aku ya mirip semboyannya lampu Philips Tegang Terus.
Di ujung lorong tersebut, Angga meminta kami menunggu, dia berbelok ke kanan untuk mencari manager karaoke untuk mem-booking kamar. Iseng-iseng aku berjalan ke lorong sebelah kiri. Di ruangan pertama terdapat cafetaria atau semacam restoran. Di dalamnya, amboi… banyak cewek cantik yang berpakaian seksi. Benar-benar cantik. Aku mulai menghitung satu, dua, tiga… setidaknya ada 13 cewek yang cakepnya selangit.
“Cakep ya?” tanya si Okky.
“Kalau loe mau disini juga ada cewek yang langsung bisa dipakai, harganya 250 ribu berikut kamarnya,” seperti germo saja itu anak.
“Nggak mau ah…” jawab aku.
Aku memang tidak suka membayar untuk urusan bercinta, bukannya pelit tetapi aku tidak mau bercinta dengan sembarang perempuan. Harus perempuan yang aku cinta dan Melisexya juga harus cinta dengan aku. Dengan begitu pasti lebih nikmat kan? Asyiknya aku gampang sekali jatuh cinta
“Come On guyss , ikut gua… gua udah booking kamar yang cukup untuk 20 orang,” seru si Angga.
Terpaksa deh aku merubah perhatian aku dari belasan wanita di cafetaria tersebut. Seperti anak ayam, kami mengikuti Angga ke kamar karaoke. Ruangan karaoke tersebut cukup luas, terdapat sofa yang besar dan di dekat pintu masuk ruangan tersebut aku melihat ada toilet yang cukup bonafide. Asyik juga.
“silakan duduk,” kata seorang tante dengan dandanannya yang menor.
Aku menebak ini pasti germonya yang biasa dipanggil Mami.
“Mau pesan berapa cewek?” tanya si Mami.
“Pesan…” pikir aku, seperti barang saja.
“Tolong panggilin 8 orang cewek dong!” jawab si Angga dengan bahasa yang lebih halus. Memang teman aku ini tutur bahasanya sangat sopan dan halus.
Tetapi kami-kami ini semuanya terlihat sopan dan polos lho. Jarang ada cewek yang bisa menebak kalau kami-kami ini adalah cowok yang suka memuaskan wanita.
“Seperti biasa, cariin gua yang rada tomboi dan berambut pendek,” lanjut si Angga, memang dia ini sukanya dengan perempuan yang rada tomboi.
Kemudian si Mami keluar dan dalam waktu singkat dia sudah kembali dengan membawa 6 orang perempuan. Dengan cepat mataku liar ,memandang mereka yang datang, cakep-cakep. Mereka masuk dan berkenalan dengan kami. Aku sih tidak memperhatikan nama mereka, yang penting saat itu adalah rok pendek tanpa stocking . Teman-teman tahu dong maksud aku? Di ruangan gelap seperti karaoke ini mau apa sih cari yang cakep banget kalau Melisexya pakai baju yang tebal dan celana jeans. Dengan cepat otak dan mataku bekerja.
Kemudian aku melambaikan tangan aku ke seorang perempuan yang bernama Melisex. Dia memakai rok super mini, kaos ketat tanpa lengan, dan tanpa stocking. Aku meminta dia duduk di sebelah aku. Akhirnya kelima teman aku sudah mendapatkan pasangan mereka, tinggal si Boy dan Utay yang masih terlihat ragu-ragu. Tetapi karena hanya 6 perempuan, terpaksa deh merekanya menunggu.
Tetapi tidak lama kemudian si Mami sudah kembali lagi dengan dua orang perempuan. Satu seorang perempuan yang baru datang tersebut sangat menarik perhatianku (aku sedikit menyesal sudah memilih Melisex), namanya Verika. Postur tubuhnya kecil (sekitar 155 cm) dan agak montok. Namun ada yang misterius di tatapan matanya. Oh ya, aku paling suka memperhatikan mata seseorang, buat aku mata bisa menceritakan kondisi orang tersebut.
Kami bisa tahu orang tersebut lagi sedih, senang, terangsang, orgasme (hehe…), dan sebagainya. Tatapan si Verika ini begitu liar dan menantang. Akhirnya Utay memilih si Verika. Sementara itu aku terus menerus memperhatikan si Verika. Aku begitu penasaran. Setelah itu kami bernyanyi riuh rendah. Suara si Angga yang sangat bagus bercampur baur dengan suaranya Okky yang sumbang. Pokoknya ribut sekali. Sambil bernyanyi kami bercanda dan mengobrol ke sana ke mari.
Dari situ aku tahu Melisex berasal dari Bandung sementara wanita lain ada yang berasal dari Medan, Padang, Surabaya, Batam, dan sebagainya. Ternyata prinsip Bhineka Tunggal Ika berlaku juga di sini. Si Verika sendiri berasal dari Jakarta. Tetapi beda dengan yang lain, si Verika ini lebih pendiam. Karena Utay sendiri tidak begitu pintar bergaul, jadinya mereka hanya diam-diaman. Aku sendiri sudah bercanda kemana-mana dengan si Melisex, kadang tersentuhlah buah dadanya yang montok, kadang aku meletakkan tangan aku di pahanya yang mulus.
Setelah hampir dua jam bernyanyi, aku melihat Verika berjalan keluar. Dengan alasan lapar, aku menyusul dia keluar. Terlihat Verika berjalan menuju lobby dan merokok di sofa yang terletak dekat pintu masuk.
“Hai… ngapain disini?” tanya aku. Verika menatap tajam ke aku.
“Panas di dalam… mau cari udara seger,” jawab dia.
Setelah itu aku memancing dia dengan pertanyaan-pertanyaan seputar dia, tetapi jawaban dia hanya singkat-singkat saja, aku memutar otak.
“Boleh melihat telapak tangan loe?” tanya aku, akhirnya aku memutuskan untuk mengeluarkan ilmu ramalan aku.
“Mau ngapain?” tanya dia cuek.
“Mau melihat nasib loe…” jawab aku.
Verika memandang aku dengan ragu-ragu, kemudian dia menyodorkan tangan kanannya.
“Yang sebelah kiri…” kata aku.
Kemudian dia menjulurkan telapak tangan kirinya ke aku. Aku pegang tangannya. Hmmm… sangat halus. Kemudian aku memperhatikan garis-garis tangannya. Jujur saja, saat itu aku begitu kaget, garis tangan begitu amburadul yang menandakan kehidupan dia yang juga amburadul.
Aku memperhatikan garis cintanya, kemudian aku berkata,
“Kamu sangat susah mencintai seseorang dengan sungguh-sungguh, tetapi baru-baru kamu menemukan orang tersebut, sayang kalian harus berpisah…”
Aku menatap wajahnya, matanya yang besar terbelalak.
“Teruskan…” kata dia.
“Kalian berpisah karena persoalan yang sangat prinsipil, bisa masalah agama atau suku,” lanjut aku.
“Gua nggak tahu pasti tetapi orang tua dia atau orang tua kamu tidak setuju dengan percintaan kalian…”
Sekarang tatapan matanya yang liar menjadi lembut, terlihat sendu dan sedih. Dia menghela nafas panjang.
“Orang tua dia nggak setuju…” jawab dia lemas.
“Terus?” tanya dia lagi.
Aku memperhatikan garis keluarga dia, hancur.
“Kamu sendiri tidak mempunyai keluarga yang harmonis, kamu sering berantem dan jarang berhubungan dengan keluarga kamu lagi. Bahkan kamu membenci mereka…”
Kali ini terlihat matanya berkaca-kaca. Wah, aku paling tidak bisa melihat perempuan menangis di hadapan aku. Aku sedikit menyesal. Akhirnya aku memutuskan untuk berbicara sesuatu yang menyenangkan.
“Tetapi kalau kamu nggak berputus asa, kamu akan menemukan lelaki kedua yang sangat mencintai kamu,” kata aku.
Sebenarnya perkataan ini hanya untuk menghibur dia. Ternyata efeknya luar biasa, terlihat keriangan dan secercah harapan di sorot matanya.
“Terus…?” selanjutnya aku cuma asal bicara saja, aku bilang kalau dia berusaha dia akan sukses
Setelah itu kami menjadi akrab, dia bicara banyak mengenai kondisi dia. Ternyata ramalan aku hampir seluruhnya benar. Kemudian timbul keisengan aku, aku meminta agar dia menunjukkan telapak tangannya lagi. Kemudian aku bilang,
“Jangan marah ya, gua melihat kamunya udah nggak perawan… dan mempunyai banyak cowok…” Hehe… tentu saja, masa sih ada wanita malam yang masih perawan, hihi.
Sebagai informasi, berdasarkan hasil survey aku dengan pertanyaan ini, hampir 80% perempuan (perempuan baik-baik yang belum kimpoi!) di Jakarta mengaku mereka tidak perawan lagi.
“Kok tahu sich?” jawab Verika dengan polos sambil melihat telapak tangannya sendiri.
Hehe… mana bisa sich tahu perawan nggak perawan dari telapak tangan, pikir aku. Buat rekan yang belum pengalaman, jangan coba-coba menanyakan persoalan tersebut ke perempuan yang baru anda kenal, ok? Biasanya aku memberikan ramalan yang jitu dulu baru bertanya hal tersebut, jadinya mereka sudah percaya dengan aku. Kalau datang-datang terus kalian tanya perawan atau tidak ya siap-siap digampar.
Setelah itu kami sepakat untuk masuk kembali ke ruangan karaoke. Singkat cerita, kami menyanyi atau teriak-teriak selama 5 jam, sesudah membayar (hampir 3.4 juta!) kami saling pamitan dengan perempuan masing-masing. Aku lihat teman-teman aku pada minta nomor telepon, aku sendiri tidak begitu tertarik dengan Melisex. Setelah aku sudah mau berangkat ke UK, tetapi mata aku terus terpaku ke satu sosok… Verika! Sambil berjalan keluar aku mendekati Verika dan menawarkan jasa untuk mengantar dia. Pertama dia menolak. Oh ya, perempuan di karaoke ini biasanya high class dan tidak bisa langsung diajak tidur. Kecuali dia suka sekali atau bayarannya mahal sekali.
“Ayo dong, kasian loe-nya sendirian… Entar diculik lagi… ama kami-kami kan aman. Dijamin nggak diapa-apain dech…” bujuk aku.
“Itu yang gua takutin, nggak di apa-apain…” jawab Verika.
“Eh, nantang nich.”
Akhirnya dia setuju juga Diantar oleh kami. Kami mempersilakan dia duduk di depan, di samping Angga yang menyetir mobil. Aku sendiri duduk di belakang, di tengah, jadi bisa agak maju ke depan untuk mengobrol dengan Verika. Di sebelah aku duduk Okky dan Utay. Sewaktu di mobil si Angga menanyakan alamat si Verika, tetapi anehnya dia tidak mau memberitahu kami.
“Muter-muter saja dech… gua malas pulang,” jawab Verika.
Akhirnya si Angga cuma putar-putar di daerah Kota, tanpa tujuan. Waktu itu kami banyak mengobrol dan menurut Verika dia anak orang kaya yang tinggal di daerah Pondok Indah, dan dia ke karaoke cuma untuk bersenang-senang, bukan untuk duit. Dia itu freelance, dan kami percaya dengan dia, soalnya si Angga tidak pernah melihat dia sebelumnya (si Angga hampir setiap hari nongkrong di karaoke tersebut).
Aku sendiri sibuk berpikir, maunya apa sich ini anak? Akhirnya aku bertanya ke Verika,
“Gua ngantuk nich, cari hotel saja ya?” Jawabannya sangat mengagetkan,
“Siapa takut… tetapi aku nggak mau berdua… maunya loe semua ikut.”
Saat itu yang timbul di benak aku adalah dia tidak mau bersenggama, jadi cuma tidur ramai-ramai. Akhirnya aku meminta Angga untuk mencarikan hotel, habis lemes putar-putar terus. Setelah berdiskusi cukup lama, kami memutuskan untuk check in di motel yang berlokasi di Jalan Daan Mogot (aku lupa namanya). Tetapi aku tahu ada tiga motel di Daan Mogot, kami menuju ke motel yang berada di sebelah kiri (kalau mengarah ke perempatan Grogol). Motel ini sangat lux dan biayanya tidak mahal-mahal sekali. Saat itu harganya 125 ribu untuk enam jam. Tetapi masalahnya, motel hanya memperbolehkan dua orang di dalam kamar. Sekarang kami berlima, bagaimana ya? Akhirnya kami sepakat untuk check in secara sembunyi-sembunyi.
Tiba di motel tersebut, Angga membelokkan mobilnya ke dalam. Kami yang dibelakang harus membungkuk dan bersembunyi. Aku mengintip sedikit, terlihat pintu-pintu garasi yang tertutup, gila… penuh sekali. Akhirnya kami menemukan garasi yang kosong di ujung jalan masuk. Angga segera memasukkan mobilnya ke garasi, setelah itu menutup pintu garasinya dengan menekan satu tombol.
Saat itu aku sedikit was-was, bisa bisaya kami-kami dijebak atau sebagainya. Tetapi pikir-pikir tidak mungkin juga, akhirnya sesudah pintu garasi ditutup kami berhamburan naik ke kamar yang berlokasi di atas garasi. Kamar motel ini termasuk lux dan bersih. Di dalam kamar terdapat satu kasur air berwarna hijau yang cukup besar. Di sebelah pintu masuk terdapat toilet dan shower. Uniknya shower ini tidak mempunyai pintu, hanya dindingnya berupa kaca jadi tentunya orang yang di dalam kamar bisa melihat orang yang lagi mandi. Aku berpikir, kalau roomboy-nya datang ketahuan tidak ya? Biasanya sekitar 15 menit kemudian room boy-nya akan datang untuk memungut bayaran.
Aku memperhatikan jam tangan aku, hampir jam 3 malam. Melihat kasur, langsung saja kami menjatuhkan diri ke sofa dan ke ranjang. Aku sendiri berbaring di samping Verika. Sekarang di ruangan yang terang benderang baru aku sadari kalau si Verika ini cakep sekali. Kulitnya putih mulus. Dadanya tidak terlihat besar namun terlihat sangat kenyal. Iseng-iseng aku mencoba memeluk dia. Dia tidak menolak. Aku mengarahkan ciuman aku ke pipinya, lagi-lagi dia cuma diam. Tetapi aku tidak berani melangkah lebih jauh, soalnya ada tiga teman aku di ruangan tersebut.
Angga terlihat sangat tertarik ke Verika, dia berbaring di sisi lain dari Verika. Sekarang Verika berbaring di antara aku dan Angga. Rok pendeknya tidak sanggup menyembunyikan celana dalamnya yang berwarna putih, kontras dengan roknya yang hitam. Aku melihat tangan Angga mengelus pahanya. Otak aku bekerja keras, bagaimana caranya bisa main ya? Sepertinya paling tidak meminta teman-teman aku menunggu di mobil, jadi kami bisa bergantian.
“Ngga, Tay, dan Okky gimana kalau kalian menunggu di bawah?” tanya aku.
“Tentu kalau room boynya udah pergi,” kata aku lagi.
“Nggak mau ah…” ternyata si Verika yang menjawab.
“Gua mau kalian semuanya berada di kamar ini!” kata Verika.
“Loe kuat emangnya…?” pancing si Okky.
“Emangnya loe sendiri kuat?” jawab si Verika menantang.
Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu. Dengan buru-buru, aku, Utay dan Okky masuk ke toilet. Verika tetap berbaring di kasur dan Angga membukakan pintu. Dia sendiri sudah menyiapkan uangnya sebesar 175 ribu (,sisanya buat tip). Roomboy-nya sendiri cukup tahu diri, dia hanya berdiri di luar kamar.
“Mas, tolong beliin kondom dong, satu bungkus!” terdengar suara si Angga.
“Isi tiga biji Mas?” roomboy-nya menjawab.
“Nggak, yang isi 12 biji dan mereknya harus Dursex (hihi… gua di sponsor Dursex nih),” jawab Angga.
Kami yang di kamar mandi hampir tertawa, kok sepertinya nafsu sekali ya! Ketika Angga sedang membayar, Verika berjalan ke kamar mandi.
Di kamar mandi yang berukuran 1.5 x 1.5 m ini sekarang penuh terisi 4 orang. Di hadapan kami yang terbegong-bengong, Verika menurunkan celana dalam putihnya secara perlahan hingga ke atas lututnya dan memamerkan bulu kemaluannya yang tipis. Kami cuma melongo melihat dia pipis di hadapan kami. Mau bersuara pada tidak berani soalnya roomboy-nya masih di depan pintu. Aku melihat muka si Utay mulai memerah. Verika sendiri terus tersenyum sambil memperhatikan muka kami yang pasti keliatan bloon. Ketika selesai, dia melepaskan celana dalamnya dan meletakkannya di kaitan di kamar mandi. Setelah itu dengan senyum memancing dia berjalan dan berbaring telungkup di kasur.
Ketika mendengar pintu kamar ditutup Angga, kami segera berhamburan mendekati Verika. Si Angga sendiri masih belum menyadari apa yang terjadi. Aku berdiri di belakang Verika dan pahanya sedikit terbuka, dari situ aku bisa melihat belahan kemaluannya yang berwarna merah. Terlihat bagus dan tanpa kerutan. Saat itu Okky sudah berbaring di sebelah Verika, terlihat dia meraba punggung dan pundak Verika yang masih tertutup kaos. Utay berdiri di samping, terlihat ragu-ragu untuk berbuat sesuatu. Angga dengan sigap membaca situasi, dengan cepat dia sudah berada di sisi lain dari Verika dan mulai membelai paha Verika yang mulus. Aku sendiri masih ragu-ragu, main ramai-ramai? Malu dong… Masa dilihat teman-teman aku? Aku pernah bermimpi untuk main ramai-ramai tetapi dengan beberapa perempuan dan laki-lakinya cuma aku. Tetapi sekarang kondisi yang aku hadapi begitu berbeda. Maju atau mundur ya?
Ketika itu Okky mulai membuka kaos Verika, terlihat Verika hanya pasrah saja. Dalam sekejap lepaslah kaos Verika dan terpampanglah tubuh mulus dia yang tidak bercacat sedikitpun. Angga yang berada di bagian bawah tidak mau kalah, terlihat dia menaikkan rok mini si Verika hingga ke atas pinggulnya. Tetapi Verika menutup pahanya dan aku hanya bisa melihat dua bongkah pantat yang mulus dan menantang.
Ketika pandangan aku beralih ke atas, terlihat Okky sudah berhasil melepas beha Verika. Karena si Verika membelakangi dan berbaring terlungkup, aku tidak bisa melihat buah dadanya. Kemudian aku berjalan menghampiri mereka. Terlihat Okky mencoba membalikkan tubuh si Verika. Ketika Verika membalikkan badannya, jantung aku hampir berhenti berdetak. Buah dadanya begitu indah. Tidak terlalu besar, sekitar 32B tetapi begitu kencang. Pentilnya terlihat begitu kecil dan berwarna coklat muda. Aku menelan ludah. Verika terlihat memejamkan matanya dan menikmati setiap sentuhan yang ia rasakan. Saat itu pikiran normal aku sudah tidak jalan. Dengan mantap aku berjalan menuju ranjang.
Angga rupanya sangat tertarik juga pada buah dada Verika, dia meninggalkan paha dan pinggul Verika dan meneruskan remasan tangannya ke buah dada Verika. Okky sendiri sudah mencium buah dada lainnya. Aku bergerak ke daerah paha dan kemaluan Verika yang masih tertutup oleh roknya. Aku meletakkan tangan aku di pahanya, terasa sangat mulus dan hangat. Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu, tok… tok… tok… kami seakan dibangunkan dari mimpi indah. Dengan cepat aku, Utay, dan Okky bersembunyi di kamar mandi. Saat itu aku kepingin tertawa, tetapi karena takut ketahuan aku memaksakan diri untuk diam. Dari dalam kamar mandi aku melihat Verika meraih handuk yang terletak di kasur dan menutupi bagian dadanya. Terlihat dia membereskan roknya juga.
Rupanya yang datang adalah roomboy untuk mengantarkan kondom pesanan Angga. Selang beberapa waktu terdengar Angga menutup pintu. Segera kami yang di kamar mandi berhamburan keluar. Aku, Angga, dan Okky berjalan ke arah Verika dan kami melanjutkan belaian dan ciuman kami. Aku berusaha membuka ritsluiting rok mininya sedangkan Okky dan Angga berjuang membuka handuk yang dililitkan di dadanya.
“Udah ah…” tiba-tiba Verika bersuara. Aku sedikit kaget karena ada nada marah di suaranya. Rupanya kehadiran roomboy menyadarkan dia. Tetapi saat itu kami sudah terangsang dan melanjutkan remasan, belaian, dan ciuman kami. Verika meronta dan berkata,
“Udah… gua bilang… udah!” kami menghentikan segala tindakan kami dan aku berjalan menghampiri Verika.
“Kenapa yang? Kenapa marah?” tanya aku. Dia cuma cemberut.
“Kenapa sich? kalau loe nggak mau ya nggak papa…” bujuk aku. Dia berdiam diri. Kemudian aku berbisik di telinganya,
“Kenapa sich?”
Tiba-tiba Verika menjawab,
“Kaliannya egois!” kami terdiam semuanya, kenapa ya dibilang egois?
“Gua udah hampir telanjang dan kalian masih berpakaian lengkap. Ayo buka pakaian kalian semuanya!” perintah dia.
“Hahahaha… Rupanya karena itu toh.”
Mendengar permintaan Verika, dalam hitungan detik Angga dan Okky segera mencopot pakaiannya sehingga hanya mengenakan celana dalam. Aku berpandang-pandangan dengan Utay. Gila! pikir aku, ini sex nyata ! Aku seakan-akan sedang bermimpi. Tetapi aku tidak berpikir lama karena Angga dan Okky sudah naik ke kasur. Terlihat tonjolan di celana dalam mereka.
“Loe mau nggak, Tay?” tanya aku ke Utay.
Karena takut Angga dan Okky melangkah lebih jauh segera saja aku mencopot pakaian aku hingga hanya mengenakan celana dalam. Utay juga melakukan hal sama. Sekarang di kamar tersebut terdapat lima insan manusia yang hanya mengenakan celana dalam (hihi…).
Kemudian aku naik ke ranjang. Si Verika sekarang berbaring telentang. Angga dan Okky sedang menikmati buah dada Verika, Angga yang sebelah kanan dan Okky yang sebelah kiri. Verika sendiri hanya menutup matanya, tetapi terlihat rona kemerahan di mukanya. Rupanya dia sudah terangsang sekali. Aku berusaha membuka ritsluiting rok Verika, cukup lama aku berjuang. Akhirnya aku berhasil juga. Kemudian aku menarik rok tersebut ke bawah. Karena celana dalamnya sudah ditinggal di dalam kamar mandi, tatapan aku langsung tertuju ke bulu kemaluannya yang jarang dan halus. Tangan aku mengelus pahanya dan naik ke arah kemaluannya. Bulunya terasa halus (aku baru tahu keesokkan harinya bahwa si Verika berumur 18 tahun!).
Tiba-tiba terasa tangan lain di paha Verika, rupanya tangan si Utay. Tangannya terasa sangat dingin, hihi… masih perjaka sih. Kemudian si Utay menurunkan mulutnya untuk mencium paha kiri Verika, ciuman tersebut dilanjutkan ke arah kemaluannya. Gila juga aku pikir, anak ini benaran perjaka ga sih? Ciuman Utay sekarang berlanjut ke kemaluan Verika. Benar loh kemaluan Verika masih terlihat sempit dan berwarna kemerah-merahan. Aku merasakan nafsu aku semakin menggelegar. Sementara itu si Verika mulai merintih dan mendesis. Sepertinya dia sangat menikmati permainan kami. Bayangkan saja empat puluh buah jari, delapan tangan, dan empat lidah, wanita mana yang tahan?
Tiba-tiba Utay menengadahkan kepalanya dan berbisik ke aku.
“Bau, Gus….” katanya dengan mimik yang begitu polos. Hampir saja meledak ketawa aku mendengar komentar dia. Untung saja aku masih bisa menahannya.
“Ya memang begini baunya…” jawab aku.
Padahal aku sendiri belum mencoba.
“Tetapi punya pacar gua nggak begini…” jawab si Utay, sekarang ketahuan kalau dianya pernah melakukan hal tersebut dengan pacarnya.
“Udah, sikat saja… kalau nggak mau… gua mau nich,” kata aku menggertak.
Tetapi jujur saja sebenarnya aku tidak begitu bernafsu melakukan ismek (tahukan kepanjangannya?) dihadapan teman-teman aku.
Di saat kami lengah karena mengobrol, kepala Okky ternyata sudah sampai di kemaluannya Verika. Memang teman aku ini terkenal dengan jilatan sejuta kenikmatannya. Terlihat dia menjulurkan lidahnya di klitoris Verika. Dalam hitungan detik terdengar teriakan Verika yang semakin histeris. Aku kemudian berpindah tempat dan sekarang aku meraih buah dada kiri si Verika dan aku remas perlahan. Remasan jari aku berlanjut ke puting susunya yang masih basah oleh ludah Okky. Karena itu, aku memutuskan untuk tidak melakukan jilatan dan hisapan. Aku memperhatikan muka si Verika yang sudah merah padam, dia tetap memejamkan matanya. Kemudian Verika membuka matanya dan mendorong aku dan Angga.
“Sekarang aku pengen main… ayo satu per-satu!” terdengar suara Verika di sela-sela rintihannya.
Kami bengong dan saling melirik. Akhirnya Angga menawarkan diri menjadi yang pertama tetapi dengan segera, kami menolak soalnya dia ini bisa main 2 jam tanpa orgasme. Dia bisa mengatur waktu ejakulasi. Kasihan dong kami-kaminya kalau harus menunggu selama itu, telanjur keseleo batang kemaluan kami barangkali.
Aku menganjurkan agar Angga mendapat giliran terakhir dan aku yang pertama, kemudian disusul Utay dan Okky.
“Nggaakk maauu!” jawab Utay terlihat ketakutan.
“Aku yang terakhir saja…”
Karena tidak ada komentar dari Okky dan Angga, aku langsung berjalan ke meja dan membuka bungkusan kondom yang baru dibeli. Ketika berjalan ke ranjang, aku meminta teman-teman aku untuk tidak melihat ketika aku main soalnya aku merasa nggak bakalan bisa main kalau diperhatikan. Mereka setuju (memang teman aku sangat pengertian). Mereka kemudian membalikkan sofa yang menghadap ke ranjang ke arah lainnya dan duduk di sana.
“Ayooo! Cepetan…” pinta si Verika.
Verika sendiri sudah membuka pahanya lebar-lebar. Tanpa pikir panjang lagi aku meloloskan celana dalam aku dan memakai kondom tersebut. Melihat tubuh mulus si Verika, nafsuku sudah sampai di ubun-ubun. Apalagi saat itu dia meremas-remas buah dadanya sendiri.
Aku naik ke kasur air tersebut dan mengarahkan batang kemaluan aku di kemaluannya Verika yang belahannya terlihat begitu rapi dan tanpa kerutan. Aku mencium keningnya dan perlahan-lahan aku mulai memasukkan batang kemaluan aku. Verika menutup matanya dan mendesah. Aku sendiri merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika batang kemaluan aku menyusuri lubang kemaluan Verika. Terasa begitu sempit dan jepitan otot selangkangannya begitu enak.
Kemudian aku mulai menggerakan pinggul aku, turun naik secara perlahan sambil menikmati setiap kenikmatan yang ada. Karena kasur tersebut adalah kasur air, pertama-tama cukup sulit bagi aku untuk mengontrol gerakan aku. Tetapi lama-lama aku bisa memanfaatkan goyangan kasur tersebut untuk memperkuat hujaman senjata aku.
Verika melingkarkan tangannya di leher aku. Gerakan aku semakin lama semakin cepat sambil sekali-kali aku menghujamkan kemaluan aku sedalam-dalamnya. Tangan aku bergerak meremas buah dadanya dan gerakan aku semakin cepat apalagi saat itu Verika ikut menggerakkan pinggulnya. Tiba-tiba aku mendengar nafas Verika yang semakin cepat, gairahsex.com teriakannnya semakin keras.
“Ah… ahhh… ahhh… terus Gus! aku mau… aaahhh…” teriak si Verika. Rupanya dia sudah mencapai puncak kenikmatannya.
Terasa tubuhnya mengejang dan terasa cengkraman kukunya di pundak aku, sakit tetapi tidak aku pikirkan (habis lagi enak… hihi…) Aku menghentikan gerakan pinggul aku dan mencium pipinya.
Kira-kira dua menit kemudian, aku melanjutkan hujaman batang kemaluan aku. Dimulai dari perlahan dan makin cepat. Dua menit kemudian Verika sudah kembali terangsang. Dia menggerak-gerakkan pinggulnya, aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tiba-tiba aku merasakan cairan sperma aku sudah mendesak keluar.
“Gua datang… Verr…” kata aku sambil menghujam batang kemaluan aku sekuatnya, nikmatnya.
Ketika aku mencabut batang kemaluan aku, eh ternyata si Okky sudah berdiri di samping aku lengkap dengan kondomnya. Sialan, cepat sekali nih anak, pikir aku.
“Cepetan dong… Gantiannn… cepetan…!” terdengar rintihan si Verika.
Aku seperti serdadu kalah perang memakai kembali celana dalam aku dan berjalan ke toilet untuk membuang kondom. Setelah itu aku berjalan ke arah sofa. Terasa lemas di seluruh sendi-sendi aku.
“Gimana… Enak nggak?” tanya Angga dan Utay sambil berbisik.
“Asyik banget… loe coba aja sendiri…” jawab aku.
Setelah itu aku berpakaian (karena kedinginan) dan hampir tertidur di sofa. Tidak berapa lama kemudian terdengar teriakan histeris Verika.
“Ahhh… uhhh… Aku meetttuuuu!”
skandal seks 2016,skandal seks terupdate,skandal seks terbaru,skandal seks,
Aku membuka mata aku dan aku melihat Angga dan Utay sedang tertawa terkekeh-kekeh dan mengintip ke arah ranjang. Karena penasaran aku ikutan mengintip. Terlihat kepala Okky di antara kedua paha Verika dan sambil kedua tangannya meremas payudara Verika. Verika sendiri sedang menjambak rambutnya Okky. Rupanya Verika mencapai orgasme karena hisapan dan jilatan Okky. Luar biasa, memang julukannya bukan hisapan jempol belaka. Perlu aku informasikan bahwa lidah si Okky sangat panjang (mirip hantu) dan bisa menyentuh ujung dagunya. Jadi buat wanita yang suka dioral, carilah laki-laki berlidah panjang, hihihi.
Setelah itu terlihat Okky bangkit dan mencoba memasukkan batang kemaluannya yang panjang kurus tersebut ke kemaluan Verika. Melihat kejaMelisex tersebut, batang kemaluan aku kembali tegang. Memang aku ini sanggup main berkali-kali dan permainan selanjutnya daya tahan aku akan semakin baik. Inilah keistimewaan aku! Terlihat Okky mulai menggerakkan pinggulnya dan mulai memompa. Tetapi hanya sekitar 1 menit, terlihat badan dia mengejang, hihihi ternyata dia sudah orgasme. Melihat hal tersebut, secepat kilat Angga menyambar kondom yang terletak di meja dan mencopot celana dalamnya.
“Ayo… cepetan…!” seru si Angga kepada Okky. Dia tidak memberikan waktu bernafas buat Okky.
“Ayo… yang lain… cepetannn!” si Verika ikut berseru.
“Gila nih cewek, hiper…” demikian pikir aku.
Karena lemes, aku akhirnya tertidur dengan senjata yang masih tegang, hihihi.
Antara sadar dan tidak sadar aku mendengar beberapa kali teriakan Verika. Aku akhirnya terbangun ketika Angga ikutan berteriak, rupanya mereka orgasme pada saat bersamaan. Aku memperhatikan jam tangan aku, pukul 06.30, karena tidak percaya, aku mengucek-ngucek mata aku… gila si Angga bermain selama satu jam. Sekali lagi ternyata julukan teman-teman aku benar adanya. Dan aku tahu dari Okky kalau si Verika orgasme empat kali ketika bermain bersama Angga. Menakjubkan!
Dengan langkah tertatih-tatih Angga berjalan ke arah sofa. Aku melirik ke arah ranjang, terlihat Verika berbaring telentang dengan paha terbuka lebar. Matanya hampir tertutup, dia terlihat lemas.
“Yang lainnya… mana?” tanya Verika dengan suara lemas. Gila benar. Aku memandang ke Utay.
“Giliran loe sekarang…” Dia terlihat ragu-ragu.
“Ehhh…” terlihat dia sedang berjuang antara mempertahankan keperjakaannya atau tidak. Mungkin juga dia merasa malu.
“Ayo…” desakku.
“Ah…! Nggak mau…” akhirnya Utay memutuskan.
Aku menghargai pendirian dia, lagi pula saat itu aku sudah terangsang kembali melihat tubuh mulusnya Verika. Aku membuka pakaian aku, memakai kondom dan berjalan ke ranjang. Verika membuka matanya sedikit.
“Ayo dong… mau lagi…” pinta dia dengan suara lemas.
Aku membalikkan tubuhnya sehingga sekarang Verika berbaring menghadap ke samping. Belahan kemaluannya terlihat basah dan sangat merah. Badan Verika sendiri sudah basah oleh keringatnya. Aku menyambar handuk dan melap badannya, Verika tersenyum.
“Ayo… cepetan…!” tetapi suaranya terdengar lemas.
Dari belakang (dengan posisi berbaring miring) aku mengarahkan batang kemaluan aku dan memasukkannya secara perlahan. Dalam posisi seperti ini terasa lubang kemaluannya menjadi semakin sempit. Ketika batang kemaluan aku baru masuk setengahnya aku menggunakan tangan aku untuk memutarnya,
“Aah…” Verika merintih perlahan. Kemudian aku melanjutkan dorongan kemaluan aku.
“Blesssss…!”
Akhirnya masuk juga seluruh batang kemaluan aku di lubang kemaluannya. Verika menjerit tertahan.
“Aughhh…” Tetapi aku tidak langsung memulai goyangan pinggul aku, melainkan aku menggerakkan tangan aku melingkari pundaknya dan meremas buah dadanya. Sangat kencang dan pentilnya terasa keras.
Karena remasanku, Verika mulai menggerakkan pinggulnya dengan tenaga terakhirnya. Terasa begitu nikmat dan akhirnya aku juga mulai mengeluarkan dan memasukkan batang kemaluan aku masuk dan keluar dengan cepat dan bertenaga. Cukup lama aku melakukan hal tersebut sampai terasa pinggul Verika bergerak semakin cepat. Semakin cepat, aku sendiri memperdalam dan memperkuat hujaman senjata aku.
“Ahhh… cepat… ahhh…” tubuhnya mengejang dan menggelepar, dia sudah orgasme. Aku sendiri masih belum apa-apa. Memang untuk kedua kali aku tahan lebih, apalagi ketiga dan keempat kali dan ini terbalik dengan perempuan yang semakin lama waktu orgasmenya semakin cepat, betul kan?
Aku kemudian membalikkan badannya dan sekarang Verika berbaring telentang. Aku membuka pahanya. Perlahan aku menggosok-gosokkan kepala batang kemaluan aku di bibir kemaluan Verika. Cukup lama aku melakukan hal tersebut sambil memberi kesempatan kepada Verika untuk menikmati orgasmenya. Setelah itu aku kembali memasukkan batang kemaluan aku dan langsung memompa. Verika sendiri sudah lemas dan tidak bertenaga, tetapi masih terdengar desahan dan rintihannya. Mungkin karena kemaluannya yang sudah basah kuyub, terdengar suara lain yang begitu menggairahkan,
“Plok… plok… plok…” Hanya dalam selang 10 menit, dia kembali menggerakkan pinggul yang menandakan dia menikmati dan akan mencapai puncak kenikmatan.
“Ah… Ahhh… aku datanggg lagiii…” Verika berseru.
Heran juga aku kok dia masih mempunyai tenaga ya? Tubuhnya mengejang untuk kedelapan kalinya malam itu. Tetapi raut mukanya begitu bahagia dan cakep. Oh ya, coba para pembaca perhatikan, wanita itu paling cakep kalau habis orgasme dan paling jelek kalau tidak terpuaskan, hihihi… bener kan?
Kisah Sex Terbaru, Setelah itu aku tidak mengeluarkan batang kemaluan aku dan membiarkannya di dalam kemaluan Verika. Karena sudah bernafsu aku melanjutkan goyangan pinggul aku. Tetapi kali ini aku yang harus menyerah. Dengan kekuatan penuh aku memasukkan batang kemaluan aku dan tubuh aku mengejang. Nikmatnya tiada tara. Aku langsung berbaring di atas tubuh mulus Verika. Verika sendiri sudah tidak mempunyai kekuatan, dia hanya terdiam dan memejamkan matanya. Dia tidak meminta tambah lagi. Hihi… sudah cukup barangkali. Akhirnya aku tertidur di dalam pelukan dia.
Kisah Dewasa Terbaru, Sinar matahari yang silau membangunkan aku keesokan harinya. Verika masih tertidur dengan tubuh polos. Darah aku mendesir dan senjata aku bangun kembali. Tetapi karena capai aku tidak begitu bernafsu lagi. Aku melihat Angga juga sudah bangun. Aku melirik jam tangan aku, wah hampir jam 9.00 (kami harus check out jam 9.00 pas), buru-buru aku membangunkan Verika, Okky dan Utay.
Kisah mesum Terbaru, Setelah itu kami mengantarkan Verika pulang ke rumahnya yang terletak di Pondok Indah (sekitar 500 m dari Bank Bali). Di perjalanan dia bercerita bahwa papanya ternyata orang Korea dan sering memukul mamanya. Mamanya sendiri jarang berada di rumah. Sewaktu kecil dia pernah memergoki papanya sedang berpesta seks dengan tiga orang wanita, sungguh menyedihkan.
Kisah Bokep Terbaru, Sewaktu aku berada di Inggis, aku beberapa kali mencoba menelepon Verika dan pernah beberapa kali mengobrol dengan dia. Dia mengaku bahwa dia membutuhkan sedikitnya 5 kali orgasme setiap kali berhubungan badan. Itulah sebabnya tidak suka bermain hanya dengan satu cowok. Sekitar 3 bulan kemudian pembantu dia memberitahukan aku bahwa Verika sudah berangkat ke Korea untuk menemani kakaknya yang sudah lebih dari 5 tahun berada di sana.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,